PERAN SEKTOR
LUAR NEGERI PADA PEREKONOMIAN INDONESIA
I.
Peranan Perdagangan Luar Negeri Bagi Pembangunan
Ekonomi Indonesia
Perdagangan luar negeri merupakan salah satu dari
dua kekuatan ekonomi yang melatar belakangi perekonomian Indonesia saat ini. Saat
ini perdagangan luar negeri Indonesia masih dikuasai oleh ekspor dari sektor
pertanian dan perkebunan. Walaupun pernah mengalami kemunduran, tetapi
perdagangan lluar negeri masih bisa menciptakan surplus perdagangan luar negeri
dua setengah kali lebih besar dari tahun 2008.
Perdagangan luar negeri juga dapat lebih cepat bangkit dari krisis ekonomi
global dibandingkan dengan pemulihan sektor industri yang ada di Indonesia.
Perdagangan luar negeri sangat berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Dan
jika diperhatikan dan diurus dengan sebaik mungkin, perdagangan luar negeri
bisa menjadi tulang punggung bahkan menjadi unggulan perekonomian Indonesia.
Dan menurut saya, selagi perdagangan luar negeri masih sangat menguntungkan
perekonomian Indonesia dan memperkuat cadangan devisa negara seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, Pemerintah sebaiknya bisa mengurus dan memperbaiki lagi
system atau kinerja perdagangan luar negeri yang masih perlu diperbaiki. Serta
mempertahankan apa yang telah dihasilkan dari kinerja perdagangan luar negeri,
agar pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia dapat lebih besar lagi.
II.
Kebijaksanaan Perdagangan Luar Negeri Dari Pelita ke
Pelita Berikutnya
Pembangunan
pada zaman orde baru terdapat 6 tahap pelita, yaitu:
1) Pelita I
Dilaksanakan
pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang menjadi landasan awal pembangunan
Orde Baru.
Tujuan
Pelita I :Untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan
dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap berikutnya.
Sasaran
Pelita I : Pangan, Sandang, Perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan
lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.
Titik
Berat Pelita I : Pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk
mengejar keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian,
karena mayoritas penduduk Indonesia masih hidup dari hasil pertanian.
2) Pelita II
Dilaksanakan
pada tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret 1979. Sasaran utamanya adalah
tersedianya pangan, sandang,perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan
rakyat dan memperluas kesempatan kerja. Pelaksanaan Pelita II cukup berhasil
pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7% per tahun. Pada awal pemerintahan
Orde Baru laju inflasi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I laju inflasi turun
menjadi 47%. Selanjutnya pada tahun keempat Pelita II, inflasi turun menjadi
9,5%.
3) Pelita III
Dilaksanakan
pada tanggal 1 April 1979 hingga 31 Maret 1984. Pelita III pembangunan masih
berdasarkan pada Trilogi Pembangunan dengan penekanan lebih menonjol pada segi
pemerataan yang dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan, yaitu:
·
Pemerataan
pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya sandang, pangan, dan perumahan.
·
Pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
·
Pemerataan
pembagian pendapatan
·
Pemerataan
kesempatan kerja
·
Pemerataan
kesempatan berusaha
·
Pemerataan
kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan
kaum perempuan
·
Pemerataan
penyebaran pembagunan di seluruh wilayah tanah air
·
Pemerataan
kesempatan memperoleh keadilan.
4) Pelita IV
Dilaksanakan
pada tanggal 1 April 1984 hingga 31 Maret 1989. Titik beratnya adalah sektor
pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat
menghasilkan mesin industri sendiri. Terjadi resesi pada awal tahun 1980 yang
berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Pemerintah akhirnya mengeluarkan
kebijakan moneter dan fiskal sehingga kelangsungan pembangunan ekonomi dapat
dipertahankan.
5) Pelita V
Dilaksanakan
pada tanggal 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994. Titik beratnya pada sektor pertanian
dan industri. Indonesia memiki kondisi ekonomi yang cukup baik dengan
pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,8 % per tahun. Posisi perdagangan luar negeri
memperlihatkan gambaran yang menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih baik
dibanding sebelumnya.
6) Pelita VI
Dilaksanakan
pada tanggal 1 April 1994 hingga 31 Maret 1999. Titik beratnya masih pada
pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian
serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai
pendukungnya. Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak utama pembangunan.
Pada periode ini terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara Asia
Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa politik dalam
negeri yang mengganggu perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru runtuh.
III.
Hambatan Yang Dihadapi oleh Indonesia Dalam
Melaksanakan Perdagangan Antar Negara
Hambatan yang dialami Indonesia dalam
perdagangan internasional :
1.
Perbedaan Mata Uang Antarnegara.
2.
Kualitas Sumber Daya yang Rendah.
3.
Pembayaran Antarnegara Sulit dan Risikonya Besar.
4.
Adanya Kebijaksanaan Impor dari Suatu Negara.
5.
Terjadinya Perang.
6.
Adanya
Organisasi-Organisasi Ekonomi Regional.
IV.
Perkembangan Neraca Pembayaran
Neraca pemabayarn luar negeri
Indonesia juga merupakan suatu bentuk pelaporan yang sisitematis mengani segala
transaksi ekonomi yang diakibatkan oleh adanya kebijaksanaan dan kegiatan
ekonomi di sektor luar negeri. Dengan demikian dalam neraca ini juga terdapat
pos yang merupakan arus dana masuk (umumnya ditandai dengan +) dan pos yang
merupakan arus dana keluar (ditandai dengan -).
Namun demikian secara singkat
pos-pos dalam neraca pembayaran luar negeri Indonesia tersebut dapat
dikelompokkan pos-pos dalam neraca luar negeri Indonesia tersebut dapat
dikelompokan ke dalam berikut ini :
·
Neraca Perdagangan, yang merupakan
kelompok transaksi-transaksi yang berkaitan dengan kegiatan ekspor dan impor
barang, baik migas maupun non-migas.
·
Neraca Jasa, merupakan kelompok
transaski-transaksi yang berkaitan dengan kegiatan ekspor impor di bidang jasa.
·
Neraca berjalan, merupakan hasil
penggabungan antara neraca perdagangan dan neraca jasa. Jika lebih banyak pos
arus kas masuknya (ekspor) maka nilai neraca berjalan ini akan surplus, begitu
pula sebaliknya.
·
Neraca lalu-lintas modal, merupakan
kelompok pos-pos yang berkaitan dengan lalu-lintas modal pemerintah bersih
(selisih anatar pinjaman dan pelunasan hutang pokok) dan lalu-lintas modal
swasta bersih, berikut lalu-lintas modal bersih lainnya yang merupakan selisih penerimaan
penanaman modal asing dengan pembayaran BUMN.
·
Seslisi yang belum diperhitungkan
·
Neraca lalu lintas moneter, yang
merupakan kelompok pos-pos yang berkaitan dengan perubahan cadangan devisa
V.
Peranan Kurs Valuta Asing Bagi Perekonomian Indonesia
Dalam
pembayaran antar negara ada suatu kekhususan yang tidak terdapat dalam
lalu-lintas pembayaran luar negeri. Sebab semua negara mempunyai mata uang atau
valutanya sendiri, yang berlaku sebagai alat pembayaran yang sah di dalam
batas-batas daerah kekuasaan itu sendiri, tetapi belum tentu mau diterima luar
negeri. Jadi pembayaran antar negara harus menyangkut lebih dari satu macam
mata uang, yang harus dipertukarkan satu sama lain dengan harga atau kurs
tertentu. Hal inilah yang membuat perdagangan dan pembayaran internasional
menjadi perkara yang rumit, maka dari itu dibuatlah alat pembayaran yang bisa
digunakan oleh banyak negara (antarnegara) atau disebut dengan alat pembayaran
internasional, yakni valuta asing.
Kurs valuta
asing sering
diartikan sebagai banyaknya nilai mata uang suatu negara (rupiah misalnya) yang
harus dikeluarkan/ dikorbankan untuk mendapatkan satu unit nilai uang asing
(dollar misalnya). Sehingga dengan kata lain, jika kita gunakan contoh rupiah
dan dollar, maka kurs valuta asing adalah nilai tukar yang menggambarkan
banyaknya rupiah yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan satu unit dollar
dalam kurun waktu tertentu. Kurs valuta asing adalah harga valuta asing,
dinyatakan dalam valuta sendiri. Misalnya US $ 1.00 = Rp. 10.000,-
Sumber
: